Bulan April-Juni, kurikulum musik klasik pilihan AO adalah karya-karya dua komponis Perancis: Symphony No. 3 (Organ Symphony), Danse Macabre, dan Le Carnaval des Animaux dari Saint-Saëns plus Symphonie Fantastique, Dance of the Sylphs, dan Rakoczy March (Damnation of Faust) dari Berlioz.
Kubaca dari wikipedia, Charles Camille Saint-Saëns (1835-1921) adalah tipikal jenius. Sudah bisa menyanyi dengan nada tepat di usia 2 tahun, baca-tulis di usia 3 tahun, membuat komposisi piano di usia 4 tahun, resital piano pertama di usia 5 tahun, dan menguasai bahasa Latin di usia 7 tahun! Lebih wow lagi, waktu mengadakan konser piano tunggal di usia 10 tahun, di penghujung acara dia menawarkan pada hadirin untuk memilih salah satu dari 32 sonata Beethoven sebagai lagu tambahan - dia sudah hafal semua partiturnya di luar kepala!!! Aku jadi turut bangga walau sekedar jadi pendengar karyanya saja ... hehehe ...
Kebalikan dari Saint-Saëns, Louis Hector Berlioz (1803-1869) sama sekali tidak jenius. Ia baru belajar main musik umur 12 tahun dan tidak pernah belajar piano, biangnya alat musik klasik. Tadinya ia mau sekolah kedokteran, tapi malah jatuh cinta pada musik, maka ia pun banting setir sekalipun tanpa restu orangtua. Banyak banget pengalaman pahit yang harus ia lewati sepanjang karirnya: mulai dari diusir dari perpustakaan musik karena dianggap bukan mahasiswa musik, ditolak oleh gadis pujaan, karya-karyanya dicampakkan, sampai ditinggalkan oleh tunangannya yang pilih menikah dengan usahawan kaya. Tapi melewati semua cobaan hidup itu, Berlioz yang tegar akhirnya betul-betul sukses baik sebagai komponis, konduktor, maupun penulis. Dia disebut sebagai salah satu dari The Trinity of Progress di dunia musik era Romantisisme abad ke-19. Dan ia juga punya banyak teman baik yang setia menungguinya kala ia menjelang ajal. His is really some character!
Selasa, 22 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar