Selasa, 11 Maret 2008

Ini Bunglon, Nak!

Aku suka sedih kalau melihat anak-anak yang dilarang ini-itu oleh ortu mereka, khususnya dalam hal menjelajah dan bereksplorasi di alam. Pernah suatu kali, Vima pergi ke Bukit Cinta, suatu taman rekreasi dengan danau yang indah di pinggir Rawa Pening. Seusai naik perahu berkeliling, Vima kuajak menyusuri pematang sawah kecil di tepi danau untuk mengamati capung-capung merah. Ada anak lain yang mengikuti kami, tetapi ayahnya buru-buru memanggil dan melarangnya - di situ kotor, begitu yang kudengar.

Vima sendiri sejak bayi tipe anak hati-hati. Bukan model sangat pemberani yang cak-cek memegang benda asing tanpa ragu-ragu. Tapi aku ingat pesan CM, "Asalkan ortu tidak mengajari anak untuk takut, mereka akan selalu bergairah dengan semua kehidupan di alam ini." Jadi, aku tetap mendorong Vima untuk lebih dekat mengamati berbagai makhluk hidup yang kami temui.

Beberapa bulan lalu, aku sudah mengenalkan Vima pada tokek. Tokek besar bertotol-totol biru itu ditangkap di rumah ibuku. Aku lantas membawanya pulang untuk Vima dalam sebuah perangkap tikus. Setelah Vima puas mengamati beberapa saat, tokek itu kulepas di dak jemuran atap rumah kami.

Hari Sabtu sore kemarin, ada lagi makhluk asing yang bertamu di rumah kami. Bunglon! Tampaknya ia kesasar entah dari mana, mendarat di depan kamar mandi. Aku berhasil menangkapnya dan lagi-lagi kukandangkan di perangkap tikus yang sama dengan si tokek dulu.

Minggu pagi, kami melepasnya di halaman depan rumah. (Terima kasih untuk Tante Keu yang bersusah payah memindah binatang yang dengan panik meloncat-loncat dan mencengkeram erat jeruji perangkap ketika ditarik keluar itu - dan memfotonya untuk Vima!)



Vima melambai-lambaikan tangan, "Da-dah .. buong!"


Bunglon itu tampak lega, bukan? :)








Tidak ada komentar: