Waktu CM bilang, anak terlahir dengan kecenderungan untuk mencintai keindahan bahasa sastrawi, aku langsung mengangguk-angguk percaya. Soalnya, aku sendiri - walau semasa kecil tidak dapat privilese untuk akrab dengan puisi - sering tergetar oleh puisi. Dus, kurikulum yang 'mewajibkan' apresiasi puisi, seperti kurikulum CM, akan kukomentari kereeeee...eeen! Dan aku percaya Vima akan tumbuh lebih indah bersama puisi.
Maka dua hari yang lalu, secara spontan aku coba bikin puisi pendek untuk Vima. Hanya empat baris dan kata-katanya pun tidak istimewa (malah agak klise, rasanya ;-p). Begini isinya:
BULAN, BINTANG, MATAHARIKU
Bulan terangku
Bintang kecilku
Matahari pagiku
V-i-m-a-l-a
Tak dinyana, respon Vima sangat hangat. Waktu pertama kali kulantunkan, ia langsung terdiam, menghentikan acara bermainnya. Memandangku dengan mata berbinar, bibirnya langsung tersenyum lebar - dengan ekspresi sedikit tersipu - waktu aku sampai di baris terakhir: menyebutkan namanya.
"Lagi!" serunya, maka aku pun bersajak sekali lagi.
Begitu aku selesai, ia kembali meminta, "Lagi!"
Aku bertanya, "Lagi apa?"
Ia menjawab, "Ku ... ku ... ku!"
Perasaanku? Betul-betul luar biasa!
Dan aku pun melafazkan puisi yang sama berkali-kali lagi sampai hari ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar